Konflik bersenjata yang berkepanjangan dan pengaruh kelompok ekstrimis, Konflik bersenjata di Somalia bermula pada tahun 1980-an, dipicu oleh pemerintahan junta militer yang dipimpin oleh Siad Barre. Dari tahun 1988 hingga 1990, berbagai kelompok pemberontak berbasis klan seperti Front Demokratik Keselamatan Somalia di timur laut, Gerakan Nasional Somalia di barat laut, dan Kongres Serikat Somalia di selatan mulai berkembang dan memperkuat posisinya.
Pada tahun 1991, mereka berhasil menggulingkan pemerintahan Barre, tetapi konflik tidak berakhir di situ. Faksi-faksi ini saling berperang untuk memperebutkan kekuasaan, sehingga menimbulkan perang saudara berkepanjangan yang masih berlangsung hingga saat ini.
Krisis kesehatan yang parah, termasuk wabah penyakit, Konflik bersenjata yang tak kunjung usai, ditambah kondisi iklim yang ekstrem, menyebabkan krisis pangan parah di Somalia. Perang yang berkepanjangan mengganggu distribusi dan produksi pangan, sementara iklim gurun yang kering membuat tanah sulit diolah, sehingga krisis pangan ini terus meningkat dari waktu ke waktuisis Kesehatan yang Parah, Termasuk Wabah Penyakit*: Kombinasi antara kelaparan, kekeringan, dan konflik menyebabkan Somalia rentan terhadap wabah penyakit. WHO mencatat bahwa kondisi ini mengakibatkan kelaparan ekstrem, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia, yang berisiko tinggi terkena penyakit seperti kolera dan campak. Konflik yang berkepanjangan juga merusak infrastruktur kesehatan, sehingga membatasi akses layanan medis yang sangat dibutuhkan.
Melih Somalia yang dihadapkan pada krisis multidimensional ini—mulai dari konflik bersenjata, kelangkaan pangan, hingga wabah penyakit—bantuan internasional sangatlah mendesak. Mereka sangat membutuhkan bantuan kesehatan untuk mengatasi penyebaran wabah penyakit, serta bantuan pangan bergizi guna mencegah kekurangan gizi yang semakin parah dan meluas.
Refereni Bacaan :
- kumparan.com
- www.who.int